Di antara karakter yang harus dimiliki pendidik:
- 4. BERTANGGUNG JAWAB
Anak merupakan salah satu karunia terbesar yang diberikan Allah kepada suatu rumah tangga. Sebuah keluarga tanpa anak, akan terasa amat sepi dan hambar. Kalau boleh diumpamakan, seperti masakan tanpa bumbu.
Betapa banyak orang yang menanti kehadiran si jabang bayi selama puluhan tahun, ternyata Allah belum berkenan untuk mengaruniakan sang buah hati. Karena hikmah yang diinginkan-Nya, yang barangkali salah satunya adalah orang tersebut dinilai Allah belum siap untuk menjadi bapak atau ibu.
“لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ . أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ“
Artinya: “Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan. Dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa”. QS. Asy-Syura (42): 49-50.
Jadi, manakala Allah telah mengaruniakan anak kepada kita, bisa jadi itu pertanda bahwa kita telah harus siap untuk menjadi orang tua. Seberapapun jumlah anak yang Allah karuniakan kepada kita, maka sebenarnya kita harus telah siap untuk menanganinya. Sebab Allah tidak mungkin membebani hamba-Nya melebihi kemampuan-Nya. (Baca: QS. Al-Baqarah: 286).
Sebagai orang yang mendapatkan amanah, apalagi dari Allah ta’ala, maka kita harus menjalankan tugas tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab.
“أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، … وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، …“.
“Ketahuilah, kalian semua adalah penanggungjawab dan seluruh kalian akan ditanya tentang tanggung jawabnya … Seorang lelaki penanggungjawab atas keluarganya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang wanita penanggungjawab atas anak-anak suaminya dan ia akan ditanya tentang mereka …”. HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma.
Jadi manakala mendidik anak, kita harus senantiasa berusaha menghadirkan perasaan tanggung jawab terhadap amanah yang Allah berikan kepada kita. Bukan hanya tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan duniawi sang anak. Namun yang lebih penting dari itu adalah tanggung jawab dalam pendidikan agama dan perilaku kesehariannya.
Rasa tanggung jawab ini, akan mendorong kita untuk mengerahkan segala daya dan upaya, serta apapun yang kita miliki demi kesuksesan pendidikan anak. Tanpa perasaan itu, semangat akan mengendur dan segala aktifitas dalam mendidik anak akan terasa menjadi sebuah beban yang amat berat!
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 12 Syawal 1434 / 19 Agustus 2013